Muara Bungo bungotoday.com – Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang selama ini terus menyerukan punguncian wilayah (lockdown) demi meminimalisir penyebaran Covid-19, kini sudah berbalik arah. Salah satu petinggi WHO Dr Davis Nabarro menyerukan para pemimpin dunia untuk berhenti melakukan lockdown demi ekonomi.
Ia bahkan mengklaim satu-satunya kesuksesan lockdown adalah meningkatkan kemiskinan, tanpa menyebutkan potensi menyelamatkan nyawa.
“Kami di WHO, tidak menganjurkan penguncian, sebagai cara utama pengendalian virus ini,” kata pria yang pernah dinominasikan untuk menduduki posisi Direktur Jenderal WHO tahun 2017 dalam wawancara dengan The Spectator.
Lebih lanjut Nabarro menegaskan lockdown dapat dibenarkan hanya untuk memberi waktu bagi para pemimpin menyusun kembali sumber daya untuk melindungi petugas kesehatannya. Ia mengatakan banyak industri global hancur, misalnya pariwisata dan pertanian kecil, yang hancur akibat lockdown.
Senada dengan Nabarro, Komentar serupa pernah dilontarkan Direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO Mike Ryan. Pada Maret lalu, Ryan sempat mengatakan lockdown tidak cukup untuk mengalahkan virus corona.
“Yang benar-benar perlu kami fokuskan adalah menemukan mereka yang sakit, mereka yang memiliki virus, dan mengisolasi mereka, menemukan kontak mereka, dan mengisolasi mereka,” kata Mike Ryan dalam sebuah wawancara di acara BBC, sebagaimana dikutip oleh Reuters.
“Bahayanya sekarang dengan lockdown … jika kita tidak menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang kuat sekarang, ketika pembatasan gerakan dan penguncian dicabut, bahayanya adalah penyakit akan melonjak kembali.”
Berdasarkan laporan Bank Dunia berjudul, Reversals of Fortune, dikatakan bahwa 100 juta orang di dunia akan mengalami kemiskinan ekstrem karena Covid-19 di 2020.
“Covid-19 mengakibatkan bencana ekonomi ke seluruh dunia yang gelombang kejutnya terus menyebar, sehingga banyak nyawa terancam,” ujar laporan itu.
Namun komentar Nabarro dan Ryan berbeda dengan Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus. Melaluinya, WHO beberapa kali memperingatkan negara-negara agar tidak cepat mencabut aturan lockdown selama menghadapi gelombang pertama virus.
“Hal terakhir terjadi di negara mana pun saat membuka sekolah dan bisnis, hanya untuk dipaksa menutupnya lagi karena kebangkitan (corona),” kata Tedros, dikutip dari NYPost.
Namun ini tidak membuat WHO membalikkan anjurannya mengenai Covid-19. Karena sejak awal pandemi, WHO menegaskan pemerintah harus juga fokus pada pelacakan kontak, kebersihan dan isolasi kasus terinfeksi.
Juru bicara WHO, Dr Margaret Harris dalam acara Chanel Nine’s Today pada Senin (12/10/2020) mengatakan bahwa komentar Nabarro bukan berarti telah membalikkan saran yang sudah dikeluarkan WHO sejak awal.
“Ini bukan backflip, ini bukan perubahan dalam nasihat,” kata Harris.
“Sejak awal kami telah mengatakan apa yang benar-benar ingin kami lihat adalah pelacakan yang kuat, penelusuran, komunitas cuci tangan, dan menggunakan masker, sehingga Anda tidak perlu masuk ke ‘ruang isolasi’.”
WHO mengeluarkan rencana enam langkah yang harus diikuti pemerintah berbagai negara di seluruh dunia untuk mengurangi aturan pembatasan dan lockdown.
Untuk meringankan pembatasan, WHO mengatakan bahwa pemerintah harus mengikuti enam langkah ini, sebagaimana dikutip dari ABC.net.au
Memastikan transmisi penularan corona terkendali
Memastikan sistem kesehatan dapat menangani setiap kasus terjangkit, termasuk pelacakan dan isolasi
Dapat meminimalisir risiko di fasilitas kesehatan, termasuk panti jompo
Melakukan tindakan pencegahan di tempat kerja, sekolah, dan tempat penting lainnya
Mengelola risiko masuknya virus dari tempat lain
Mendidik komunitas sepenuhnya tentang normal baru (new normal), dan bagaimana mereka dapat melindungi diri mereka sendiri di masa pandemi seperti ini. (Cncb)